Thursday, July 26, 2012

aLL Operator (HAWA RELOAD)




JL. RAYA SUMBER ILMU GANJARAN GONDANGLEGI MALANG
JAWATIMUR - INDONESIA
        Info Pendaftaran :
0341-7749221  /  081556601551
SMS CENTRE
085755361168 (IM3)
085234004168 (AS)
081944877168 (XL)
CARA TRANSAKSI / ORDER
KODEVOUCHER NOHP PIN
Cth : M10 08585598800 1235
TRANSAKSI KE 2 NOMINAL&NOMOR SAMA
KODEVOUCHER NOHP PIN 2
Cth : M10 0856998800 1234 2
MULTI TRANSAKSI
KODEVOUCHER NOHP KODEVOUCHER NOHP PIN
Cth : M10 0856998800 S20 081331680679 1234
PARALEL HP = PHP NOBARU PIN
Cth : PHP 081233999999 1234
TRANSAKSI PLN (TOKEN)
PLN20 idmeter noHP pin
Cth: PLN20 32009715379 081233337059 1234
CEK SALDO
SALDO PIN
Cth : SALDO 1234
KOMPLAIN
INFO (SPASI ) KOMPLAIN/KRITIK/SARAN
CEK HARGA
HRG KODEVOUCHER PIN atau HRG OPR PIN
 Cth : HRG S10 1234 atau HRG FLEXI PIN
PENDAFTARAN AGEN
DAFTAR NOHP NAMA KOTA PIN
Cth : DAFTAR 08155582049 XCELL MALANG 1234
LANGSUNG MASUK SALDO DOWNLINE Rp. 100.000
SET HARGA AGEN
SH KODEAGEN UPHARGA PIN
 Cth : SH HR9999 100 1234
MAKSIMAL SET HARGA UP Rp.200
KIRIM SALDO KE AGEN/DOWNLINE
KIRIM KODEAGEN NOMINAL PIN
 Cth : KIRIM HR9999 300000 1234
GANTI PIN
GPIN PINLAMA PINBARU
 Cth : GPIN 1234 5758
penting :

SET PENGIRIMAN PESAN 1 JAM

OFFKAN KAMUS PESAN (T9)
SPASI CUKUP 1 KALI
Deposit via bank ke :
BNI      NO REK : 0052750543
a/n : Much. Yasir abdullah
BRI       NO REK : 034401030270500a/n Y a s i r

harga dapat berubah sewaktu-waktu

            

 MUDAH , MURAH , CEPAT dan AKURAT
 Ket : UNTUK TRANSAKSI BISA PAKE KODE ATAU TIDAK PKE KODE, BISA PAKE SPASI
          ATAU TITIK



HARGA
AXIS
AX1AXISAXIS 11.050 
AX10AXISAXIS 109.925 
AX100AXISAXIS 10098.200 
AX2AXISAXIS 22.050 
AX20AXISAXIS 2019.750 
AX25AXISAXIS 2524.700 
AX5AXISAXIS 55.025 
AX50AXISAXIS 5049.200 
CERIA
C10CERIACERIA 109.600 
C100CERIACERIA 10094.450 
C20CERIACERIA 2018.950 
C5CERIACERIA 54.850 
C50CERIACERIA 5047.150 
ESIA
ES10ESIAESIA 1010.000 
ES100ESIAESIA 10099.000 
ES11ESIAESIA 1111.000 
ES20ESIAESIA 2019.900 
ES25ESIAESIA 2524.800 
ES5ESIAESIA 55.150 
ES50ESIAESIA 5049.500 
ESIATRANSFER
ET10ESIATRANSFERET10
ET15ESIATRANSFERET15
ET20ESIATRANSFERET20
ET25ESIATRANSFERET25
ET5ESIATRANSFERET5
ET50ESIATRANSFERET50
ETA10ESIATRANSFERETA10
ETA15ESIATRANSFERETA15
ETA2ESIATRANSFERETA2
ETA20ESIATRANSFERETA20
ETA25ESIATRANSFERETA25
ETA30ESIATRANSFERETA30
ETA5ESIATRANSFERETA5
FLEXI
F1FLEXIFLEXI 11.000 
F10FLEXIFLEXI 109.550 
F100FLEXIFLEXI 10095.500 
F20FLEXIFLEXI 2019.100 
F25FLEXIFLEXI 2523.875 
F5FLEXIFLEXI 54.775 
F50FLEXIFLEXI 5047.750 
FLEXI-NAS
FN1FLEXI-NASFN11.150 
FN10FLEXI-NASFN109.850 
FN100FLEXI-NASFN10097.450 
FN20FLEXI-NASFN2019.650 
FN25FLEXI-NASFN2524.400 
FN5FLEXI-NASFN55.000 
FN50FLEXI-NASFN5048.950 
FLEXITRANSFER
FT10FLEXITRANSFERFT109.200 
FT100FLEXITRANSFERFT10090.000 
FT20FLEXITRANSFERFT2018.100 
FT5FLEXITRANSFERFT54.700 
FT50FLEXITRANSFERFT5045.000 
Gesek
GA5GesekG AS 55.500 
GAX10GesekG AXIS 1010.300 
GC10GesekG Ceria 1010.200 
GE10GesekG Esia 109.000 
GF10GesekG FLEXI 1010.100 
GI10GesekG Indosat 1011.000 
GR10GesekG FREN 1010.000 
GR5GesekG SMARTFREN 55.000 
GS10GesekG Simpati 1011.000 
GS50GesekG TSEL 5050.000 
GSM10GesekG SMART 1010.200 
GT10GesekG THREE 1010.200 
GX10GesekG XL 1011.500 
HEPI
HP10HEPIHEPI 1010.050 
HP100HEPIHEPI 10099.200 
HP20HEPIHEPI 2019.950 
HP25HEPIHEPI 2524.950 
HP5HEPIHEPI 55.100 
HP50HEPIHEPI 5049.700 
IM3
I10IM3I1010.150 
I100IM3I10098.250 
I2IM3I22.200 
I25IM3I2524.850 
I5IM3I55.150 
I50IM3I5049.200 
IG10IM3IG1010.200 
IG25IM3IG2524.850 
IG5IM3IG55.200 
IM3-NAS
IGN10IM3-NASIGN1010.200 
IGN25IM3-NASIGN2524.850 
IGN5IM3-NASIM3G-NAS 55.200 
IN10IM3-NASIM3-NAS 1010.200 
IN100IM3-NASIM3-NAS 10098.250 
IN2IM3-NASIN22.200 
IN25IM3-NASIM3-NAS 2524.850 
IN5IM3-NASIM3-NAS 55.200 
IN50IM3-NASIM3-NAS 5049.200 
IM3
IS10IM3IS1010.200 
IS25IM3IS2524.850 
IS5IM3IS55.200 
IM3-NAS
ISN10IM3-NASIM3S-NAS 1010.200 
ISN25IM3-NASIM3S-NAS 2524.850 
ISN5IM3-NASIM3S-NAS 55.200 
Prefix Tanpa kode
NOPREFIXPrefix Tanpa kodeNomer salah / nomer baru blm d input10.000 
STARONE
O10STARONESTARONE 1010.200 
O100STARONESTARONE 10098.250 
O2STARONEO22.200 
O25STARONESTARONE 2524.850 
O5STARONESTARONE 55.200 
O50STARONESTARONE 5049.200 
STARONE-NAS
ON10STARONE-NASO-NAS 1010.200 
ON100STARONE-NASO-NAS 10098.250 
ON2STARONE-NASON22.200 
ON25STARONE-NASO-NAS 2524.850 
ON5STARONE-NASO-NAS 55.200 
ON50STARONE-NASO-NAS 5049.200 
PLN
PLN100PLNPLN 100 RB98.950 
PLN1000PLNPLN 1 JT999.200 
PLN125PLNPLN 125 RB124.200 
PLN150PLNPLN 150 RB149.200 
PLN20PLNPLN 20 RB18.850 
PLN200PLNPLN 200 RB199.200 
PLN25PLNPLN 25 RB23.850 
PLN250PLNPLN 250 RB249.200 
PLN30PLNPLN 30 RB28.850 
PLN40PLNPLN 40 RB38.850 
PLN50PLNPLN 50 RB48.850 
PLN500PLNPLN 500 RB499.200 
PLN75PLNPLN 75 RB73.950 
SMARTFREN
R10SMARTFRENSMARTFREN 1010.050 
R100SMARTFRENSMARTFREN 10099.200 
R20SMARTFRENSMARTFREN 2019.950 
R25SMARTFRENSMARTFREN 2524.950 
R5SMARTFRENSMARTFREN 55.100 
R50SMARTFRENSMARTFREN 5049.700 
SMARTFREN-NAS
RN10SMARTFREN-NASRN 1010.200 
RN100SMARTFREN-NASRN 100100.000 
RN20SMARTFREN-NASRN 2020.150 
RN25SMARTFREN-NASRN 2525.100 
RN5SMARTFREN-NASRN 55.200 
RN50SMARTFREN-NASRN 5050.000 
SIMPATI
S10SIMPATIS1010.025 
S100SIMPATIS10096.900 
S20SIMPATIS2019.950 
S25SIMPATIS2525.150 
S5SIMPATIS55.075 
S50SIMPATIS5049.000 
SIMPATI-JTM
SJ10SIMPATI-JTMSJ10 JTM10.050 
SJ100SIMPATI-JTMSJ100 JTM96.900 
SJ20SIMPATI-JTMSJ20 JTM19.950 
SJ25SIMPATI-JTMSJ25 JTM25.150 
SJ5SIMPATI-JTMSJ5 JTM5.100 
SJ50SIMPATI-JTMSJ50 JTM49.000 
SIMPATI-nas
SN10SIMPATI-nasSN1010.100 
SN100SIMPATI-nasSN10096.900 
SN20SIMPATI-nasSN2020.100 
SN25SIMPATI-nasSN2525.150 
SN5SIMPATI-nasSN55.100 
SN50SIMPATI-nasSN5049.000 
THREE
T1THREETHREE 11.100 
T10THREETHREE 109.900 
T100THREETHREE 10097.750 
T2THREETHREE 22.100 
T20THREETHREE 2019.700 
T3THREETHREE 33.100 
T30THREETHREE 3029.500 
T4THREETHREE 44.050 
T5THREETHREE 55.000 
T50THREETHREE 5049.000 
T6THREETHREE 66.000 
T7THREETHREE 77.000 
T8THREETHREE 87.950 
T9THREETHREE 98.950 
XL
X1XLX11.150 
X10XLX1010.125 
X100XLX10099.650 
X25XLX2525.000 
X5XLX55.225 
X50XLX5049.900 
XL-T
XB1XL-TXB1
XB10XL-TXB10
XB100XL-TXB100
XB25XL-TXB25
XB5XL-TXB5
XB50XL-TXB50
XL-NAS
XN1XL-NASXL-NAS 11.150 
XN10XL-NASXL-NAS 1010.200 
XN100XL-NASXL-NAS 10099.650 
XN25XL-NASXL-NAS 2525.000 
XN5XL-NASXL-NAS 55.300 
XN50XL-NASXL-NAS 5049.900 

Sunday, July 22, 2012

Asal Usul Garuda Pancasila dan Penciptanya


Asal Usul Garuda Pancasila dan Penciptanya



Asal-usul Lambang Negara Kita (Garuda Pancasila)
APA lambang Negara Republik Indonesia? Ya betul, BURUNG GARUDA. Mengapa Negara kita menggunakan lambing Negara seperti itu? Sejak kapan kita menggunakan lambing Negara tersebut? Apa saja arti dari Lambang Negara RI itu?
Burung garuda berdekatan dengan burung elang Rajawali. Burung ini terdapat dalam lukisan di candi-candi Dieng yang dilukiskan sebagai manusia berparuh dan bersayap, lalu di candi Prambanan, dan Panataran berbentuk menyerupai raksasa, berparuh, bercakar dan berrambut panjang.
Beberapa kerajaan di pulau jawa menggunakan Garuda sebagai materai/stempel kerajaan, seperti yang disimpan di Musium Nasional, adalah stempel milik kerajaan Erlangga.

Burung Garuda ditetapkan sebagai lambing Negara RI sejak diresmikan penggunaannya pada 11 Februari 1950, dan dituangkan dalam Perautan Pemerintah no 66 tahun 1951. Penggagasnya adalah Sultan Abdurrahman Hamid Alkadrie II atau dikenal dengan Sultan Hamid II, yang saat itu sebagai Mentri Negara Republik Indonesia Serikat (RIS).
—————-
Me:
Garuda itu adalah seekor burung yang hidup dalam dunia khayalan, terutama dalam perwayangan. garuda dianggap mulia karena memiliki kekuatan dan kecantikan parasnya. Sehingga banyak yang menggunakannya dalam berbagai kegiatan yang dianggapnya menunjukkan sebuah power dan tentunya kebebasan karena garuda bebas bisa terbang ke mana saja.
Cerita garuda bisa jadi lambang negara adalah benar kalau itu ada pengaruh sultan hamid 2 yang cenderung, dulunya memihak belanda (ingat dia ketua BFO=perserikatan negara2 non-RI setelah agresi militer belanda 1). Namun setelah dia diangkat menjadi salahsatu pejabat negara, sebagai wakil yang memiliki pengaruh di Indonesia bagian Timur, beliau ikut sebuah sayembara yang dikeluarkan Pres. Soekarno untuk menemukan sosok lambang negara. RI 5 tahun tanpa lambang!….
3 tahun lalu, ketika menjelang HUT RI ke 60, di SCTV saya nonton cerita seorang yang meneliti tentang asal-usul lambang negara ini. Penelitian ini adalah thesis S2 di UGM (?). Dari sekian gambar yang masuk, dipilihlah burung garuda ini (peserta harus menyematkan 5 pilar/sila yang dikenal sebagai Pancasila). Dari gambar burung purba sampai garuda diperlihatkan dalam siaran tersebut. Saya hafal banget, karena memang mencari jawaban tanya selama ini: siapa yang menggagas lambang RI?, banyak yang bilang Moh. Yamin, namun ternyata usulan Moh. Yamin, ditolak Pres. Soekarno. Penasaran ini terjawab sudah, karena di buku jarang banget yang bahas, sama sebelum tahun 2000-an, bila mencari siapa yang menggagas nama Indonesia….
Sumber: KaskusDetik
————————————————————————————————–
Pencipta Lambang Negara Burung Garuda Pancasila

Sepanjang orang Indonesia, siapa tak kenal burung garuda berkalung perisai yang merangkum lima sila (Pancasila)? Tapi orang Indonesia mana sajakah yang tahu, siapa pembuat lambang negara itu dulu?
Dia adalah Sultan Hamid II, yang terlahir dengan namaSyarif Abdul Hamid Alkadrie, putra sulung sultan Pontianak; Sultan Syarif Muhammad Alkadrie. Lahir diPontianak tanggal 12 Juli 1913. Dalam tubuhnya mengalir darah Indonesia, Arab–walau pernah diurus ibu asuh berkebangsaan Inggris. Istri beliau seorang perempuan Belanda yang kemudian melahirkan dua anak–keduanya sekarang di Negeri Belanda.
Syarif menempuh pendidikan ELS di Sukabumi, Pontianak, Yogyakarta, dan Bandung. HBS di Bandung satu tahun, THS Bandung tidak tamat, kemudian KMA di Breda, Negeri Belanda hingga tamat dan meraih pangkat letnan pada kesatuan tentara Hindia Belanda.
Ketika Jepang mengalahkan Belanda dan sekutunya, pada 10 Maret 1942, ia tertawan dan dibebaskan ketika Jepang menyerah kepada Sekutu dan mendapat kenaikan pangkat menjadi kolonel. Ketika ayahnya mangkat akibat agresi Jepang, pada 29 Oktober 1945 dia diangkat menjadi sultan Pontianak menggantikan ayahnya dengan gelar Sultan Hamid II.
Dalam perjuangan federalisme, Sultan Hamid II memperoleh jabatan penting sebagai wakil daerah istimewa Kalbar dan selalu turut dalam perundingan-perundingan Malino, Denpasar, BFO, BFC, IJC dan KMB di Indonesia dan Belanda.
Sultan Hamid II kemudian memperoleh jabatan Ajudant in Buitenfgewone Dienst bij HN Koningin der Nederlanden, yakni sebuah pangkat tertinggi sebagai asisten ratu Kerajaan Belanda dan orang Indonesia pertama yang memperoleh pangkat tertinggi dalam kemiliteran.
Pada 21-22 Desember 1949, beberapa hari setelah diangkat menjadi Menteri Negara Zonder Porto Folio, Westerling yang telah melakukan makar di Tanah Air menawarkan “over commando” kepadanya, namun dia menolak tegas. Karena tahu Westerling adalah gembong APRA.
Selanjutnya dia berangkat ke Negeri Belanda, dan pada 2 Januari 1950, sepulangnya dari Negeri Kincir itu dia merasa kecewa atas pengiriman pasukan TNI ke Kalbar–karena tidak mengikutsertakan anak buahnya dari KNIL.
Pada saat yang hampir bersamaan, terjadi peristiwa yang menggegerkan; Westerling menyerbu Bandung pada 23 Januari 1950. Sultan Hamid II tidak setuju dengan tindakan anak buahnya itu, Westerling sempat marah.
Sewaktu Republik Indonesia Serikat dibentuk, dia diangkat menjadi Menteri Negara Zonder Porto Folio dan selama jabatan menteri negara itu ditugaskan Presiden Soekarno merencanakan, merancang dan merumuskan gambar lambang negara.
Dari transkrip rekaman dialog Sultan Hamid II dengan Masagung (1974) sewaktu penyerahan file dokumen proses perancangan lambang negara, disebutkan “ide perisai Pancasila” muncul saat Sultan Hamid II sedang merancang lambang negara. Dia teringat ucapan Presiden Soekarno, bahwa hendaknya lambang negara mencerminkan pandangan hidup bangsa, dasar negara Indonesia, di mana sila-sila dari dasar negara, yaitu Pancasila divisualisasikan dalam lambang negara.
Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia Teknis dengan nama Panitia Lencana Negara di bawah koordinator Menteri Negara Zonder Porto Folio Sultan Hamid II dengan susunan panitia teknis M Yamin sebagai ketua, Ki Hajar Dewantoro, MA Pellaupessy, Moh Natsir, dan RM Ng Purbatjaraka sebagai anggota. Panitia ini bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah.
Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku “Bung Hatta Menjawab” untuk melaksanakan Keputusan Sidang Kabinet tersebut Menteri Priyono melaksanakan sayembara. Terpilih dua rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II dan karya M Yamin. Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR adalah rancangan Sultan Hamid II. Karya M Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari dan menampakkan pengaruh Jepang.
Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara perancang (Sultan Hamid II), Presiden RIS Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta, terus dilakukan untuk keperluan penyempurnaan rancangan itu. Terjadi kesepakatan mereka bertiga, mengganti pita yang dicengkeram Garuda, yang semula adalah pita merah putih menjadi pita putih dengan menambahkan semboyan “Bhineka Tunggal Ika”.
Tanggal 8 Februari 1950, rancangan final lambang negara yang dibuat Menteri Negara RIS, Sultan Hamid II diajukan kepada Presiden Soekarno. Rancangan final lambang negara tersebut mendapat masukan dari Partai Masyumi untuk dipertimbangkan, karena adanya keberatan terhadap gambar burung garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang perisai dan dianggap bersifat mitologis.
Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk Rajawali-Garuda Pancasila. Disingkat Garuda Pancasila. Presiden Soekarno kemudian menyerahkan rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Moh Hatta sebagai perdana menteri.
AG Pringgodigdo dalam bukunya “Sekitar Pancasila” terbitan Dep Hankam, Pusat Sejarah ABRI menyebutkan, rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II akhirnya diresmikan pemakaiannya dalam Sidang Kabinet RIS. Ketika itu gambar bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih “gundul” dan “tidak berjambul” seperti bentuk sekarang ini.
Inilah karya kebangsaan anak-anak negeri yang diramu dari berbagai aspirasi dan kemudian dirancang oleh seorang anak bangsa, Sultan Hamid II Menteri Negara RIS. Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang negara itu kepada khalayak umum di Hotel Des Indes Jakarta pada 15 Februari 1950.
Penyempurnaan kembali lambang negara itu terus diupayakan. Kepala burung Rajawali Garuda Pancasila yang “gundul” menjadi “berjambul” dilakukan. Bentuk cakar kaki yang mencengkram pita dari semula menghadap ke belakang menjadi menghadap ke depan juga diperbaiki, atas masukan Presiden Soekarno.
Tanggal 20 Maret 1940, bentuk final gambar lambang negara yang telah diperbaiki mendapat disposisi Presiden Soekarno, yang kemudian memerintahkan pelukis istana, Dullah, untuk melukis kembali rancangan tersebut sesuai bentuk final rancangan Menteri Negara RIS Sultan Hamid II yang dipergunakan secara resmi sampai saat ini.
Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan bentuk final gambar lambang negara, yaitu dengan menambah skala ukuran dan tata warna gambar lambang negara di mana lukisan otentiknya diserahkan kepada H Masagung, Yayasan Idayu Jakarta pada 18 Juli 1974. Sedangkan Lambang Negara yang ada disposisi Presiden Soekarno dan foto gambar lambang negara yang diserahkan ke Presiden Soekarno pada awal Februari 1950 masih tetap disimpan oleh Kraton Kadriyah Pontianak.
Sultan Hamid II wafat pada 30 Maret 1978 di Jakarta dan dimakamkan di pemakaman Keluarga Kesultanan Pontianak di Batulayang.
Sumber dan berita terkait: Kaskus1Kaskus 2, Kaskus 3,…